Selasa, 07 April 2015

karies gigi



BAB I



PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Kesehatan gigi merupakan suatu masalah kesehatan yang memerlukan penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai dampak luas yang meliputi: faktor fisik, mental maupun sosial bagi individu yang menderita penyakit gigi. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan dalam tubuh manusia. Masalah utama kesehatan gigi dan mulut pada anak ialah karies gigi. (Worotitjan, Mintjelungan, Gunawan, 2013:60).
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi mulai dari email, dentin, dan  meluas ke arah pulpa. Karies dikarenakan berbagai sebab, diantaranya adalah karbohidrat, mikroorganisme dan air ludah, permukaan dan bentuk gigi, serta dua bakteri yang paling umum bertanggungjawab untuk gigi berlubang adalah Streptococcus mutans dan Lactobacillus. Jika dibiarkan tidak diobati, penyakit dapat menyebabkan rasa sakit, kehilangan gigi, dan infeksi. (Tarigan, 2013:1).
Pada anak sekolah, karies gigi merupakan masalah yang penting karena tidak saja menyebabkan keluhan rasa sakit, tetapi juga menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya sehingga mengakibatkan menurunnya produktivitas. Kondisi ini tentu akan mengurangi frekuensi kehadiran anak ke sekolah, mengganggu konsentrasi belajar, memengaruhi nafsu makan dan asupan makanan sehingga dapat memengaruhi status gizi dan pada akhirnya dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik. Umumnya anak- anak memasuki usia sekolah mempunyai risiko karies yang tinggi karena pada usia sekolah ini anak-anak biasanya suka jajan makanan dan minuman sesuai keinginannya. (Worotitjan, Mintjelungan, Gunawan, 2013: 60).
Pada usia 6-12 tahun diperlukan perawatan lebih intensive karena pada usia tersebut terjadi pergantian gigi dan tumbuhnya gigi baru. Pada usia 12 tahun semua gigi primer telah tanggal dan mayoritas gigi permanen telah tumbuh. Anak memasuki usia sekolah mempunyai risiko mengalami karies makin tinggi. Banyaknya jajanan di sekolah, dengan jenis makanan dan minuman yang manis, sehingga mengancam kesehatan gigi anak. Ibu perlu mengawasi pola jajan anak di sekolah. Jika memungkinkan, anak tidak dibiasakan untuk jajan di sekolah sama sekali. (Worotitjan, Mintjelungan, Gunawan, 2013: 60).
Pada anak Sekolah Dasar, secara umum anak yang mengalami karies gigi mulai dari umur 6-12 tahun, namun dari hasil berbagai banyak penelitian yang mengalami karies gigi diantaranya anak berusia di bawah 12 tahun, salah satunya ialah anak berusia 10 tahun. Pemilihan anak 10 tahun karena sebelumnya perlu diketahui bahwa terjadinya karies tidak berlangsung dalam hitungan detik, melainkan dalam hitungan bulan ataupun tahun. Dimana karies terjadi melewati beberapa tahap dan dipengaruhi oleh beberapa faktor di dalamnya dan melewati beberapa proses dengan adanya proses demineralisasi dan remineralisasi pada gigi.
Anak prasekolah mengalami proses pembentukan karies karena kurangnya perhatian terhadap makanan sehari–hari dan menyikat gigi. Dan pada umur 3- 6 tahun berdasarkan tahap tumbuh kembang, anak tersebut mulai melakukan sesuatu berdasarkan keinginanya salah satunya mulai mencoba berbagai rasa makanan dalam bentuk apapun sehingga dapat memberikan dampak buruk bagi gigi apabila anak tersebut tidak memerhatikan solusi pencegahan timbulnya karies.
Anak yang memiliki pola makan buruk pada tahun 3-6 tahun bisa saja menimbulkan terjadinya karies pada umur 10 tahun, karena kebiasaan buruk yang dilakukan tersebut sebelum tanggalnya keseluruhan gigi primer (susu) pada anak umur 10 tahun. Dapat diketahui mulai tanggalnya gigi pada anak pada usia 6-8 tahun, dan tumbuhnya gigi permanen pada usia 12 tahun. Dari adanya hal tersebut dapat ditarik kesimpulan ingin mengetahui anak umur 10 tahun dapat mengalami karies sebelum terjadinya penanggalan keseluruhan gigi susu dan tumbuhnya gigi susu di umur 5-6 tahun pada rahang bawah dan umur 7-8 tahun pada rahang atas, mengalami “karies atau tidak”.
Menurut WHO (2003), bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Menurut penelitian negara-negara Eropa, Amerika, dan Asia, termasuk Indonesia, ternyata 80- 95% dari anak- anak dibawah umur 18 tahun terserang karies gigi. (Yohandri, 2012 dalam Tamrin, Afrida, Jamaluddin, 2014, p. 14).
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (Depkes RI,2000) menyatakan bahwa 63,5% penduduk Indonesia menderita karies aktif. Namun dibeberapa Provinsi angka tersebut lebih tinggi dari angka nasional, seperti Kalimantan 80,2%, Sulawesi 74%, Sumatera 65,4%. Sedangkan pada tahun 2004 berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga, prevalensi karies gigi penduduk Indonesia mencapai 90,05%. Hasil penelitian Direktorat Kesehatan Gigi tahun 2006, di Kalimantan Barat 99%, Kalimantan Selatan 96%, Jambi 92%, Sulawesi Selatan 87%, dan Maluku 77%  (Agussalim, 2011 dalam Alim, fatimah, p. 132).
Umumnya penderita gigi berlubang tersebut adalah anak-anak sesuai data Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI). Pada tahun 2007, penderita gigi berlubang di Indonesia mencapai 72,1 %. Dari persentase ini, hanya satu persen yang berhasil ditambal. Drg Harun Achmad, spesialis kedokteran gigi anak mengatakan, untuk wilayah Makassar tingkat gigi berlubang mencapai 82 % dan sekitar 60 % adalah anak – anak.
Survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010 menunjukkan prevalensi penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar 80% – 90% dimana diantaranya adalah golongan anak. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 sebesar 30% penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut. Dilihat dari kelompok umur, golongan umur muda lebih banyak menderita karies gigi dibanding umur 45 tahun keatas umur 10-24 tahun karies giginya adalah 66,8-69,5% umur 45 tahun keatas 53,3% dan umur 65 tahun keatas sebesar 43,8% keadaan ini menunjukkan karies gigi banyak terjadi pada golongan usia produktif. (Kartikasari, Nuryanto, 2014: 415).
Di Sulawesi Selatan menunjukkan prevalensi karies sebesar 37,6% dan yang mempunyai pengalaman karies sebesar 58,1%. Jenis perawatan yang paling banyak diterima penduduk yang mengalami masalah gigi-mulut, yaitu ‘pengobatan’ (83,6%), disusul penambalan, pencabutan, dan bedah gigi (46,8%). Konseling perawatan, kebersihan gigi dan pemasangan gigi tiruan lepasan atau gigi tiruan cekat relatif kecil, masing-masing 10,7% dan 4,8%. Menurut kabupaten atau kota, pengobatan paling tinggi di Gowa (94,2%), dan terendah di Kota Pare-pare (67,9%). Penambalan, pencabutan dan bedah gigi tertinggi di Bone (62,4%) dan terendah di Bulukumba (34,1%). Pemasangan gigi tiruan lepas/cekat terlihat tinggi di Wajo (11,5%), Maros (9,8%). Kesadaran untuk melakukan konseling relatif sedikit di semua kabupaten (10,7%), kecuali di Selayar (31,0%) (Riskesdas, 2007: 96).
Makassar (ANTARA News) - Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Prof Mansjur Nasir, drg PhD mengatakan, prevalensi gigi "karies" atau berlubang di Sulawesi Selatan pada tahun 2013 masih tinggi yakni 60%. Jadi dari sekitar delapan juta jiwa penduduk di Sulawesi Selatan, masih terdapat sekitar 60% yang mengalami gigi karies (Mansjur, 2013, dalam Alim, Fatimah, p. 132).
Berdasarkan data awal yang diperoleh di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa, pada tahun 2013 jumlah keseluruhan siswa sebanyak 177 siswa, yang berada di kelas V (lima) berumur 10 tahun sebanyak 27 siswa. Pada tahun 2014, jumlah keseluruhan siswa sebanyak 175 siswa,  yang berada di kelas V (lima) berumur 10 Tahun sebanyak 28 siswa. Pada tahun 2015 jumlah keseluruhan siswa sebanyak 174 siswa.  
Pada Tahun 2015 jumlah siswa yang berumur 10 tahun ialah siswa yang duduk di kelas 4 sebanyak 6 orang dari 28 siswa, siswa di kelas 5 sebanyak 30 orang dari 30 siswa, dan yang duduk di kelas 6 terdapat 1 orang siswa dari 30 siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa yang berumur 10 tahun di SDI Talakuwe sebanyak 37 orang (bagian kesiswaan SDI Talakuwe).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut yang diuraikan di atas maka penulis tertarik mengangkat tentang, Faktor Yang Berhubungan Dengan Timbulnya Karies Gigi Pada Anak Umur 10 tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka adapun rumusan masalahnya adalah:
1.        Apakah ada hubungan pola makan dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 Tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa?
2.        Apakah ada hubungan kebiasaan menyikat gigi dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 Tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa?
3.        Apakah ada hubungan produksi saliva dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 Tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa?
C.     Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
2.      Tujuan Khusus
a.    Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 Tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
b.    Untuk mengetahui hubungan kebiasaan menyikat gigi dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 Tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
c.    Untuk mengetahui hubungan produksi saliva dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 Tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
D.  Manfaat Penelitian
1.      Manfaat bagi peneliti
Sebagai proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan dalam melakukan kajian ilmiah dibidang keperawatan serta syarat untuk menyelesaikan studi.
2.      Manfaat bagi institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi dunia keperawatan dalam kesehatan khususnya mahasiswa (i) Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (Stikper) Gunung Sari Makassar mengenai karies gigi pada anak.
3.      Manfaat bagi profesi perawat
Sebagai bahan referensi untuk lebih meneliti dalam melakukan tindakan keperawatan terhadap anak yang menderita karies gigi. Memberikan sumbangsih pengetahuan di bidang keperawatan dalam rangka pengembangan dan kemandirian profesi keperawatan.
4.      Manfaat bagi tempat peneliti
Sebagai acuan bagi instansi terkait dalam menetapkan kebijakan untuk mewujudkan peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi kesehatan gigi anak. Dapat  mengupayakan tindakan preventif karies pada anak-anak sekolah dengan jalan promosi kesehatan lewat  program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) melalui jalur program UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah).
5.      Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian lebih lanjut dimasa yang akan datang khususnya bagi yang ingin meneliti tentang karies gigi pada anak.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Tinjauan Teoritis
1.      Tinjauan Tentang Karies Gigi
a.      Definisi
1)      Gigi
Gigi adalah jaringan tubuh yang sangat keras dibanding yang lainnya. Strukturnya berlapis-lapis mulai dari email yang keras, dentin (tulang gigi) di dalamnya, pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi. Namun demikian, gigi merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan dalam tubuh manusia. (Irma, Intan, 2013: 10).
Manusia mempunyai 2 macam gigi dalam hidupnya yaitu gigi susu (gigi primer) dan gigi tetap (gigi permanen). Gigi susu yaitu gigi yang tumbuh mulai usia 6 bulan yang jumlahnya 20 buah. Sedangkan gigi permanen (sekunder) yaitu gigi yang berangsur–angsur tanggal, berjumlah 32 buah yang terjadi muncul usia 6 tahun sampai 14 tahun. Gigi terakhir (molar 3) akan bererupsi pada masa usia 17 sampai 21 tahun. (Isro’in, Andarmoyo, 2012: 33).

9

7
 
Adapun macam – macam gigi antara lain:
a)    Gigi Seri (Incisivus)
Gigi ini letaknya berada di depan, bentuknya seperti pahat dan berfungsi untuk memotong makanan (mastikasi) dan mengiris makanan. Jumlahnya ada 8, dengan pembagian 4 berada di rahang atas dan 4 berada di rahang bawah. Gigi seri susu mulai tumbuh pada bayi usia 4–6 bulan, kemudian diganti dengan gigi seri permanen pada usia 5–6 tahun pada rahang bawah dan pada usia 7–8 tahun pada rahang atas.
b)   Gigi Taring (Caninus)
Posisi gigi ini terletak pada sudut mulut, bentuknya runcing di sebelah gigi seri, dan merupakan gigi yang paling panjang dalam rongga mulut. Fungsinya adalah untuk mengiris makanan. Jumlahnya ada 4, dengan pembagian 2 ditiap rahang, 1 di kiri dan 1 di kanan. Gigi susu caninus ini diganti dengan gigi caninus permanen pada usia 11–13 tahun.
c)    Gigi Geraham Kecil (Premolar)
Gigi ini jumlahnya 8, dengan pembagian 4 ditiap rahang, 2 di kiri dan 2 di kanan. Gigi ini hanya ada pada gigi dewasa, dan letaknya berada di belakang caninus. Tumbuh pada usia 10–11 tahun dan menggantikan posisi dari gigi molar susu. Bersama gigi molar, gigi ini berfungsi untuk melumatkan makanan.

d)   Gigi Geraham (Molar)
Gigi molar susu berjumlah 8 seperti gigi premolar, kemudian lepas pada usia 10–11 tahun dan digantikan oleh gigi premolar. Sedangkan gigi molar permanen tumbuh di belakang gigi premolar setelah gigi molar susu lepas dan digantikan oleh gigi premolar. Jumlah dari gigi molar permanen adalah 12, dengan pembagian 6 di tiap rahang, 3 di tiap sisi kanan dan kiri.
2)      Karies Gigi
Karies dalam bahasa Indonesia, sebenarnya bukan istilah untuk lubang gigi. Dalam sebuah situs kedokteran gigi dijelaskan bahwa “Karies adalah istilah untuk penyakit infeksi”, dimana karies yang terjadi pada gigi disebut karies gigi. (Mumpuni, Pratiwi, 2013:6).
Karies gigi adalah kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam yang ada dalam karbohidrat melalui perantara mikroorganisme yang ada dalam saliva. (Irma, Intan, 2013: 18).
Karies gigi pada anak umumnya terjadi pada saat mereka masih memiliki gigi susu. Hal tersebut terjadi karena adanya plak yang menumpuk dari sisa makanan pada gigi. Proses lepasnya gigi susu dan berganti dengan gigi tetap biasanya terjadi sejak anak usia sekolah dasar berusia 6 sampai 8 tahun.  Pada usia 12 tahun semua gigi primer telah tanggal dan mayoritas gigi permanen telah tumbuh.
Adapun perlu diketahui jenis-jenis karies berdasarkan stadium karies:
a)      Karies Superfisialis
Karies baru mengenai email saja, sedang dentin belum terkena.

                           Gambar 2. 1. Karies superfisialis
   Sumber: Tarigan Rasinta, Karies gigi, 2013: 39
b)      Karies Media
Karies sudah mengenai dentin tapi belum mengenai setengah dentin.

            Gambar. 2. 2. Karies media
Sumber: Tarigan Rasinta, Karies gigi, 2013: 40


c)      Karies Profunda
Karies sudah mengenai setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.


                    Gambar 2. 3. Karies Profunda
                                Sumber: Tarigan Rasinta, Karies gigi, 2013: 40

b.      Etiologi
Ada empat kriteria utama yang diperlukan untuk pembentukan karies: permukaan gigi (email atau dentin), bakteri penyebab karies, substrat atau makanan (seperti sukrosa), dan waktu. Proses karies tidak memiliki hasil yang tak terelakkan, dan setiap individu berbeda terhadap kerentanan tergantung pada bentuk gigi, kebiasaan kebersihan mulut, dan kapasitas produksi saliva mereka. (Hongini, Aditiawarman, 2012: 40).

                       Gambar 2. 4. Penyebab terjadinya karies
Faktor Penyebab Terjadinya Karies:
1)      Host (Gigi)
Gigi sebagai tuan rumah untuk hidupnya mikroorganisme yang ada dalam mulut.  Sembilan puluh enam persen dari enamel gigi terdiri dari mineral, mineral ini terutama hidroksiapit, akan menjadi larut bila terkena lingkungan asam. Pada gigi produksi saliva memainkan peranan penting terhadap kemungkinan terjadinya karies gigi. Kuman akan menempel pada permukaan gigi dan bagian yang tidak dapat dibersihkan dengan air liur. Jika gigi kesulitan dibersihkan oleh air liur maka bakteri akan diubah menjadi asam yang dapat membentuk lubang kecil pada permukaan gigi.
2)      Bakteri
Mulut mengandung berbagai bakteri mulut, tetapi hanya beberapa spesies tertentu dari bakteri yang diyakini menyebabkan gigi karies: Streptococcus Mutans dan Lactobacillus diantara mereka. Lactobacillus Acidopilus, Actynomices Piscoccus, Nocardia spp, dan Streptococcus Mutans yang paling dekat hubungannya dengan karies. Bakteri akan memanfaatkan makanan terutama yang mengandung tinggi gula untuk energi dan menghasilkan asam.
3)         Substrat atau makanan
Dalam kehidupan sehari-hari kita makan-makanan yang bermacam-macam. Makanan seperti nasi, sayuran, kacang-kacangan. Selain itu juga jenis makanan yang lengket, lunak, dan mudah terselip di gigi dan sisa makanan yang tertinggal pada permukaan gigi bila tidak segera dibersihkan maka akan menimbulkan bakteri sehingga merusak gigi. Frekuensi makan lebih dari tiga kali sehari, seperti 20 menit 1 kali makan makanan manis sehingga kerusakan gigi akan lebih cepat.  (Irma, Intan, 2013:19).
4)         Waktu
Proses karies dapat mulai dalam beberapa hari gigi tersebut meletus ke dalam mulut jika diet tersebut cukup kaya karbohidrat yang cocok. Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada didalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. (Hongini, Aditiawarman, 2012: 42).
c.       Proses Pembentukan Karies Gigi
Mulut merupakan tempat berkembangnya bakteri. Bakteri akan mengubah gula dan karbohidrat yang dimakan menjadi asam. Bakteri ini ada yang membentuk suatu lapisan lunak dan lengket yang disebut sebagai plak yang menempel pada gigi. Plak ini biasanya sangat mudah menempel pada permukaan kunyah gigi, sela-sela gigi, keretakan pada permukaan gigi, dan batasan antara gigi dan gusi. Proses hilangnya mineral dari struktur gigi dinamakan demineralisasi, sedangkan bertambahnya mineral dari struktur gigi dinamakan remineralisasi. Kerusakan gigi terjadi apabila demineralisasi lebih besar dari pada proses remineralisasi.
Asam yang merusak dalam bentuk plak menyerang mineral pada permukaan luar email gigi. Erosi yang ditimbulkan plak akan menciptakan lubang kecil pada permukaan email yang awalnya tidak terlihat. Bila email berhasil ditembus, maka dentin yang lunak dibawahnya dapat terkena. Bila bakteri sampai ke pulpa yang sensitif maka terjadi peradangan pulpa. Pembuluh darah dalam pulpa akan membengkak, sehingga timbul rasa nyeri. (Ramadhan, 2010: 56).
d.      Tanda dan Gejala Karies Gigi
Tanda awal dari lesi karies adalah bercak putih pada permukaan gigi, ini menunjukkan area demineralisasi enamel, dan dapat berubah menjadi cokelat tapi akhirnya akan berubah menjadi sebuah kavitasi (rongga). Sebuah lesi yang muncul cokelat dan mengkilat menunjukkan karies gigi pernah hadir tapi proses demineralisasi telah berhenti, meninggalkan noda. Sebuah bercak cokelat yang kusam dalam penampilan mungkin tanda karies aktif. Setelah pembusukan melewati email, dentin, yang memiliki bagian-bagian ke saraf gigi, dapat menyebabkan sakit gigi serta linu pada gigi yang berlubang apabila gigi tersebut terkena ransangan dingin, panas, makanan asin dan manis. Rasa sakit dan linu akan menghilang sekitar 1 sampai 2 detik setelah ransangan dihilangkan. Gigi karies juga dapat menyebabkan bau mulut. (Hongini, Aditiawarman, 2012: 39).


e.      Pencegahan Karies Gigi Pada Anak
Pengenalan karies pada tahap dini sangat diperlukan sehingga akan didapatkan hasil yang maksimal dari tindakan preventif dan restorasi. Pada saat ini, sebagian besar anak–anak usia 5 tahun masih banyak yang belum melakukan pemeriksaan pertamanya ke dokter gigi. Orang tua seharusnya mendorong dan membawa anak mereka untuk chek up kesehatan gigi sesegera mungkin setelah anak memiliki gigi, yaitu biasanya pada usia 6 bulan.
Usaha – usaha pencegahan karies gigi:
1)         Penyuluhan diet
Diet merupakan salah satu faktor yang penting dalam melakukan pencegahan karies. Untuk anak–anak dengan masalah karies yang berat, dokter gigi harus mengevaluasi semua faktor etiologi termasuk pola makan dan diet. (Achmad, 2012: 19).
2)      Pemberian fluor
Pemberian fluor merupakan hal yang efektif dalam mencegah karies karena kombinasi dalam penggunaannya untuk tujuan yang sama. Tujuan utama pemberian fluor adalah untuk meningkatkan remineralisasi email gigi dan meningkatkan resistensi email terhadap demineralisasi serta menurunkan produksi asam di dalam plak. Tambahan pemberian flour dapat berupa tetes atau tablet. Obat ini biasanya dikumurkan dalam mulut sekitar 30 detik kemudian dibuang.
3)      Pemeliharaan oral hygiene
Pemeliharaan oral hygiene sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya karies gigi. Tujuan dari kebersihan mulut adalah untuk meminimalkan penyakit etiologi di mulut. (Achmad, 2010: 20).
4)   Penyuluhan kesehatan gigi di sekolah
Penyuluhan tentang kesehatan gigi ini sering ditujukan  pada anak–anak diharapkan mampu menjaga dirinya untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut setelah dilaksankan penyuluhan di sekolah, serta mampu mengambil tindakan yang tepat apabila ada gejala–gejala pada kelainan pada gigi dan mulutnya. Peningkatan pemahaman kesehatan gigi dan mulut siswa dapat diwujudkan dengan mendirikan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Kegiatan dari UKGS meliputi pendidikan, pencegahan, dan pengobatan akan tetapi dapat juga menghadirkan seorang dokter gigi yang melakukan kunjungan rutin ke sekolah tersebut bila diperlukan. (Achmad, 2010:20).
f.        Perawatan Karies Gigi Pada Anak
Perawatan gigi anak memerlukan suatu perencanaan yang baik dan sehingga anak mendapatkan perawatan yang seoptimal mungkin. Pada dasarnya perawatan gigi anak harus tuntas artinya harus selesai tanpa menimbulkan sakit lagi.(Achmad, 2013:14).
1)   Perawatan awal adalah perawatan pada masing-masing gigi yang mengawali perawatan selanjutnya. Perawatan awal antara lain adalah pembersihan gigi, pemberian obat sistemik (misalnya antibiotik), perawatan endodontik, dan pencabutan. Antibiotik yang diberikan misalnya obat yang tidak berpengaruh terhadap perubahan warna gigi antara lain preparat eritromisin, amoxillin, dan ampicillin.
2)   Perawatan akhir seperti pembuatan gigi palsu, pencabutan dan penambalan gigi.
g.      Pengobatan Karies
Tujuan pengobatan adalah untuk melestarikan struktur gigi dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada gigi. Secara umum, pengobatan dini kurang menyakitkan dan lebih murah dibandingkan pengobatan kerusakan yang luas. Anastesia, nitroksida atau medicantiosa resep lain mungkin diperlukan dalam beberapa kasus untuk menghilangkan rasa sakit selama atau setelah pengobatan atau untuk mengurangi kecemasan selama pengobatan. Sebuah handpiece gigi (bor) digunakan untuk menghapus sebagaian besar bahan yang membusuk dari gigi.  (Hongini Aditiawarman, 2012: 53).





2.      Tinjauan Tentang Pola Makan
a.    Definisi Pola Makan
Pola makan adalah berbagi informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. (Sri Karjati dalam Sulistyoningsih, 2012, p. 52).
Menurut Suhardjo (dalam Sulistyoningsih, 2012, p.52) Pola makan diartikan sebagai cara seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial.
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makan dengan maksud tertentu seperti memertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. (Depkes RI, 2009).
Pola makan anak dipengaruhi oleh media massa dan lingkungan (guru, dan teman sebaya). Anak–anak ingin mencoba makanan yang diiklankan di media televisi. Pengaruh teman sebaya juga menjadi lebih besar karena anak usia sekolah lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya dibandingkan dengan keluarganya. Peningkatan pengaruh teman sebaya berdampak pada perilaku perihal pola dan jenis makanan pilihan mereka. Anak secara tiba–tiba meminta suatu jenis makanan yang baru atau menolak makanan pilihan mereka terdahulu, akibat rekomendasi dari teman–teman sebayanya. Pengaruh guru juga besar terhadap sikap seseorang anak terhadap jenis dan pola makan. Apa yang dipelajari didalam kelas tentang kesehatan dan makanan bergizi harus ditunjang dengan makanan yang tersedia di kafetaria sekolah (sulistyoningsih, 2011: 187).
b.    Jenis Makanan Penyebab Karies Gigi Anak Usia Sekolah Dasar
Pola makan dan minum yaitu kebiasaan makan dan minum anak. Dimana adapun jenis makanan yang biasa dikonsumsi yang dapat menyebabkan karies yaitu:
1)      Jenis makanan yang dapat menyebabkan karies gigi
Jenis makanan yang dapat menyebabkan karies gigi meliputi : makanan yang manis (kariogenik) dan mudah terselip disela gigi seperti permen, cokelat, kue manis, snack, keripik manis, daging, dan sejenisnya. (Rahmadhan, 2010: 35).
Sedangkan jenis makanan karbohidrat non kariogenik seperti nasi, jagung, mie instan, kentang, ubi jalar, singkong, sayuran, kacangan, dan buah – buahan. Jenis makanan lain yang dapat dijadikan sebagai cemilan seperti buah – buahan segar, pop corn tawar, atau kacang.
Jenis minuman yaitu minuman murni (non kemasan) dan minuman kemasan. Minuman murni seperti susu murni, teh murni, kopi murni, sirup murni, jus buah murni yaitu minuman yang dibuat secara sederhana, dalam skala rumah tangga. Minuman kemasan seperti susu kemasan, teh kemasan, kopi kemasan, sirup kemasan dan jus buah kemasan yaitu minuman yang dikemas, dapat diminum secara langsung tanpa melalui proses pembuatan terlebih dahulu. (Worotitjan, Mintjelungan, Gunawan, 2013: 61).
2)      Frekuensi makan makanan yang dapat menimbulkan karies gigi.
Konsumsi makanan manis pada waktu senggang di luar jam makan. Tidak terpikirkan untuk membersihkan gigi dan mulut setelah makan, sehingga makanan lebih berbahaya dari pada saat dimakan bersama makanan utama seperti makan pagi dan makan siang. Frekuensi makan lebih dari 3 kali perhari, seperti 20 menit 1 kali makan makanan manis sehingga kerusakan gigi lebih cepat. Kuman akan menempel pada permukaan gigi karena tidak dibersihkan giginya setelah makan dan terbentuk plak kemudian diubah menjadi asam. Upayakan selalu membersihkan mulut dengan minum air putih setelah makanan manis masuk ke dalam mulut.  (Rahmadhan, 2010: 37).
3)      Faktor yang memengaruhi pemilihan jenis makanan
Faktor yang memengaruhi pemilihan jenis makanan anak meliputi:
a)    Teman sebaya
Minat, perilaku dan rutinitas makan anak berubah saat jumlah makanan yang dimakan di luar rumah semakin banyak. Hal ini berubah karena pergaulan dengan teman sebaya dan rasa ikutan ingin merasakan apa yang sedang dimakan temannya.
b)   Media elektronik
Iklan di televisi mengenai makanan menonjolkan karakteristik makanan meliputi rasa renyah, manis dan cokelat, sehingga anak ingin mencoba. Anak tertarik makanan yang manis dengan warna dan bentuk yang beragam seperti permen, cokelat, biskuit dan snack manis.
c)    Keberadaan tempat jajan
Di lingkungan tempat tinggal dan sekolah anak, banyak terdapat pedagang yang menjual berbagai macam makanan, sehingga menimbulkan keinginan anak untuk membeli makanan tersebut.
4)      Pengaturan jenis makanan agar tidak terjadi karies gigi anak usia sekolah dasar
Pengaturan jenis makanan agar tidak terjadi karies gigi anak usia sekolah dasar menurut Rahmadhan, 2010 sebagai berikut :
a)        Makan-makanan yang mengandung kalsium, vitamin C, vitamin D berguna untuk memperkuat gigi. Jenis makanan yang mengandung bahan tersebut antara lain susu, telur dan buah-buahan.
b)        Makan-makanan yang mengandung protein karena dapat menghambat terjadinya proses karies seperti tahu, tempe, daging, ikan, telur dan kacang-kacangan.
c)        Makan sayur-sayuran karena sayuran mempunyai kandungan nitrat. Bahan tersebut dapat menghambat kerja bakteri seperti bayam dan selada.
d)        Makanan yang mempunyai daya pembersih terdapat pada makanan berserat. Makanan terdapat pada apel, jeruk, seledri, jambu air. Makanan ini baik dimakan sesudah makan atau diantara waktu makan.
e)        Atur seberapa sering dan kapan saja menikmati makanan manis. Sebaiknya dilakukan saat jam makan utama seperti makan pagi, makan siang dan makan malam.
3.      Tinjauan Tentang Kebiasaan Menyikat Gigi
a.    Definisi Menyikat Gigi
Menyikat gigi adalah membersihkan gigi dari partikel makanan, plak, bakteri, dan mengurangi ketidaknyamanan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Kebiasaan menyikat gigi merupakan suatu kegiatan atau rutinitas dalam hal membersihkan gigi dari sisa–sisa makanan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut (Tamrin, Afrida, Jamaluddin, 2014: 17).
Dengan melihat efisiensi waktu dan saat makannya serta hasilnya, frekuensi sikat gigi  yang baik bagi anak adalah dua kali sehari. Teknik menyikat gigi pada anak harus merupakan teknik menyikat sederhana dan mudah dimengerti.
Anak usia sekolah biasanya kurang kesadaran untuk memerhatikan perilaku kebersihan mulut sehingga kesehatan gigi anak berkurang. Peningkatan kebersihan mulut dilakukan dengan menggunakan sikat gigi yang dikombinasikan dengan pemeriksaan gigi secara teratur. Usia paling rentan terjadi karies gigi adalah usia 4-8 tahun pada gigi primer dan 12-18 tahun pada gigi tetap.
b.    Cara menyikat gigi
Cara menyikat gigi yang benar 4 tepat 5 sempurna. Dimana saat ini banyak yang bertanya bagaimanakah cara menyikat atau membersihkan gigi yang tepat dan efektif?
Kita hanya perlu mengingat 4 tepat saja yaitu tepat alat, tepat cara, tepat waktu, dan tepat target. Sementara kebanyakan orang maunya yang cepat – cepat saja yaitu cepat mulai dan cepat selesai yang akhirnya gigi juga jadi cepat berlubang. (Erwana, 2013:19).
1)   Tepat alat
Tepat alat disini maksudnya adalah harus benar dalam memilih alat yang digunakan untuk membersihkan gigi, yaitu sikat gigi. Berikut adalah kriteria sikat gigi yang baik ialah gagang sikat harus lurus supaya memudahkan mengontrol gerakan penyikatan. Kepala sikat tidak lebar, bulu sikat halus dan membuat supaya tidak melukai jaringan lunak lain seperti pipi, gusi, saat menyikat gigi bagian belakang. Sikat gigi hendaknya diganti sekurang-kurangnya setiap tiga bulan sekali.
2)   Tepat cara
Berikut adalah gerakan menyikat gigi yang tepat :
a)    Gerakan untuk bagian luar gigi depan yaitu ke atas dan ke bawah jangan digosok dengan gerakan menyamping bolak-balik karena bisa menyebabkan gusi menjadi “iritasi”.
b)   Bagian luar gigi belakang jangan digosok dengan gerakan naik turun, tetapi dengan gerakan maju–mundur atau memutar. Gerakan naik turun tidak efektif membersihkan gigi belakang bagian luar.
c)    Untuk bagian dalam dari gigi depan dan belakang harus disikat dengan gerakan menarik.

                      Gambar 2. 5. Cara menyikat gigi
3)   Tepat waktu
Menyikat gigi pagi hari dilakukan setelah sarapan bukan saat mandi pagi, kecuali jika mandi paginya setelah sarapan. Sedangkan waktu menyikat gigi pada malam hari adalah sebelum tidur, bukan setelah makan malam. Namun terdapat pula waktu menyikat gigi sebaiknya lebih dari 2 kali sehari yaitu pada waktu selesai makan dan menjelang tidur. Menyikat gigi setidaknya 2-3 menit. Pada kesempatan dimana kita tidak mungkin melakukannya segera setelah makan, dianjurkan untuk berkumur dengan air putih.
4)   Tepat target
Meliputi tepat membersihkan daerah yang perlu dibersihkan. Gigi bukan hanya bagian depan dan bagian luar saja namun, gigi juga ada di bagian belakang dan dalam. Bagian ini biasanya tidak bahkan lupa untuk dibersihkan, sehingga memudahkan terjadinya plak.
5)   5 Sempurna
Setelah 4 tepat, saatnya untuk 5 Sempurna dengan menggunakan alat bantu. Daerah gigi dan mulut yang perlu dibersihkan adalah gigi, pipi, lidah, dan langit–langit. Jadi selain sikat gigi, kita perlu menggunakan alat bantu. Pilihan yang bisa digunakan sebagai alat bantu dalam membersihkan gigi adalah pembersih lidah, obat kumur, dan benang gigi.
Menurut Dingwal (2013: 52-54) peralatan yang dapat digunakan dalam pembersihan gigi adalah sebagai berikut:
(a)      Pasta gigi
Pasta gigi adalah produk pembersih mulut yang paling banyak digunakan meskipun tidak signifikan dalam menghilangan plak. Jenis pasta gigi tertentu bermanfaat dalam pencegahan kerusakan. Pasta gigi anak dimaksudkan untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan gigi geligi dan dapat memberikan rasa serta aroma yang nyaman dalam rongga mulut. Pasta gigi untuk anak diproduksi dengan kemasan  yang bergambar dan berwarna. (Sariningsih, 2012: 206).
Dosis toksik fluorida untuk anak-anak adalah 5 mg/kg berat badan. Pasta gigi reguler mengandung ion fluorida sampai 1 mg per gram pasta sehingga pasta seukuran kepala sikat penuh mengandung sekitar 1,5 mg ion fluorida. (Tarigan, 2013:82).
(b)     Penggunaan obat kumur
Membersihkan mulut sebagai bagian dari hygiene dasar memerlukan larutan yang efektif dan lembut bagi pasien. Berkumur dengan menggunakan kadar flour. Berkumur flour diindikasikan untuk anak yang berumur di atas enam tahun dan orang dewasa yang mudah terserang karies. Kumur-kumur antiseptik yang lebih murah dan cukup efektif untuk anak adalah air garam hangat.
(c)    Benang gigi
Penggunaan benang gigi merupakan metode pilihan untuk membersihkan permukaan celah diantara dua gigi. Benang gigi tersebut terbuat dari bundel nilon tipis atau plastik atau pita sutra yang digunakan untuk menghilangkan makanan dan plak gigi dari gigi. Benang ini lembut disisipkan diantara gigi dan digoreskan disepanjang sisi gigi, terutama dekat dengan gusi.
4.      Tinjauan Tentang Produksi Saliva
a.    Definisi Saliva
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dan kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk di rongga mulut, sekitar 90 persennya dihasilkan oleh kelanjar sub maksiler dan kelenjar parotis, lima persen oleh kelenjar sublingual, dan lima persen lagi oleh kelenjar-kelenjar ludah yang kecil. Sebagian besar saliva ini dihasilkan saat makan, sebagai reaksi atau ransang yang berupa pengecapan dan pengunyahan makanan.
Komposisi saliva yang terdiri dari 99% air, dan bahan non organik, organik, serta molekul–molekul makro termasuk bahan–bahan antimikroba sangat penting artinya dalam menjaga integritas jaringan dalam rongga mulut. Pada malam hari pengeluaran saliva lebih sedikit. Dalam setiap militer air ludah dijumpai 10-200 juta bakteri. Jumlah maksimal bakteri ini dijumpai pada pagi hari atau setelah sarapan. (Tarigan, 2013: 20).
Kecukupan saliva dalam rongga mulut adalah 1 cc per menit. Jika aliran produksi saliva berkurang, di bawah ½ cc per menit, maka harus dipertimbangkan untuk diperbaiki dengan cara minum air lebih banyak, mengunyah permen karet untuk meransang bertambahnya air liur dalam rongga mulut yang berguna untuk membersihkan gigi. Berkurangnya air liur dapat meningkatkan risiko terjadinya karies pada gigi.                  (Sariningsih, 2014: 11).
Aliran laju saliva normal adalah 1,5-2,5 ml/menit. Laju aliran yang berkurang dari 0,7 ml/menit disebut xerostomia dimana penyakit ini menimbulkan tenggorokan kering, anak biasa mengisap bibir, dan mengeluh sering ingin minum. (Tarigan, 2013: 83).
Mengunyah permen karet yang mengandung xylitol atau sorbitol sesudah makan makanan yang mengandung karbohidrat akan mencegah pembentukan asam dan menetralkan asam yang telah terbentuk karena makanan yang mengandung karbohidrat. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya peningkatan keluarnya air liur sehingga akan meningkatkan efek pembersih terhadap sisa makanan yang mengandung karbohidrat. (Tarigan, 2013:71).
b.    Fungsi Saliva
1)        Membentuk lapisan pelindung pada membran mukosa yang akan bertindak sebagai iritan dan mencegah kekeringan.
2)        Membantu membersihkan mulut dari makanan dan bakteri yang akhirnya akan menghambat pembentukan plak.
3)        Mambantu menjaga integritas gigi dengan berbagai cara karena kandungan kalsium dan fosfatnya.
4)        Saliva membantu menyediakan mineral yang dibutuhkan oleh email yang belum sempurna terbentuk pada saat awal setelah erupsi.
5)        Mengatur pH rongga mulut karena mengandung bikarbonat, fosfat, dan protein amfoter.
B.  Kerangka Konseptual Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka untuk meneliti faktor yang berhubungan dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 Tahun adalah sebagai berikut:
Gambar 2. 6. Kerangka Konseptual
Variabel Independen                                           Variabel Dependen
 Karies Gigi


Kebiasaan Menyikat Gigi


Produksi Saliva


Pola Makan






Keterangan:
       :  Variabel Independen                                                                       :  Variabel Dependen                                                         :  Penghubung Antar Variabel          
C.       Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan proposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka konseptual penelitian dan merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang dihadapi, yang dapat diuji kebenarannya berdasarkan fakta empiris.

1. Hipotesis Nol atau Nihil (H0)
a. Tidak ada hubungan antara pola makan dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
b. Tidak ada hubungan antara pola makan dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
c. Tidak Ada hubungan antara pola makan dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
2. Hipotesis alternatif (Ha)
a. Ada hubungan antara pola makan dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
b. Ada hubungan antara kebiasaan menyikat gigi dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
c. Ada hubungan antara produksi saliva dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.



D.      Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1.        Pola makan
Yang dimaksud pola makan dalam penelitian ini adalah pola makan atau kebiasaan makanan yang dikonsumsi oleh responden baik kebiasaan jenis dan frekuensi makanan jajan yang manis atau minuman manis seperti minuman kemasan, dan makanan yang mudah terselip di gigi.
Kriteria objektif          :
Baik                           : Jika responden mempunyai skor  ≥ 5
Kurang baik               : Jika responden mempunyai skor  < 5
2.        Kebiasaan menyikat gigi
Kebiasaan menyikat gigi  yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan kebiasaan menyikat gigi anak secara mandiri. kebiasaan yang dilakukan responden setiap hari yang berhubungan dengan tata cara atau kebiasaan menyikat gigi serta frekuensi menyikat gigi dalam sehari.
Kriteria objektif          :
Baik                           : Jika responden mempunyai skor  ≥ 5
  Kurang baik              : Jika responden mempunyai skor  < 5
3.        Produksi saliva
Produksi saliva yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan mulut menghasilkan saliva atau air liur saat makan ataupun dalam keadaan mulut kosong, dan mengetahui apakah tenggorokan atau mulut sering terasa kering serta kebiasaan yang biasanya dilakukan saat produksi saliva berkurang.
Kriteria objektif          :
Baik                           : Jika responden mempunyai skor  ≥ 5
Kurang baik               : Jika responden mempunyai skor  < 5



4.        Karies gigi
Yang dimaksud karies gigi dalam penelitian ini adalah suatu infeksi pada gigi dan mulut dimana keadaan yang menunjukan adanya lesi atau lubang gigi yang ditandai oleh kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (email, dentin) sehingga meluas kearah pulpa yang dapat dilihat secara langsung, dengan adanya plak (bercak) pada gigi baik bercak putih, cokelat, ataupun gigi yang telah berlubang serta data pendukung diketahuinya karies telah mengenai pulpa dengan adanya keluhan nyeri pada gigi anak. Dapat diketahui melalui observasi dan wawancara langsung pada anak tanpa adanya sebuah angket berupa kuesioner .














BAB III
METODE PENELITIAN
A.       Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam proposal ini adalah Korelasi Deskriptif dengan menggunakan model pendekatan Cross Sectional, dimana peneliti melakukan pengukuran variabel pada saat yang bersamaan yang tujuannya untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa. (Suyanto, 2011:35).
B.       Tempat dan Waktu Penelitian
1.        Tempat

Penelitian akan dilaksanakan di SDI Talakuwe yang berada di Desa Gentungang Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
2.        Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan Mei 2015
C.       Populasi dan Sampel
1.      Populasi
 Populasi dalam penelitian ini sebanyak 37 siswa yang berumur 10 Tahun.
2.      Sampel
35

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007: 32).
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang berumur 10 Tahun yang berada di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa sebesar 37 sampel diambil secara total sampling untuk semua populasi yang ada.
3.      Teknik Sampling
Teknik  sampling  yang  digunakan  adalah Total Sampling yakni suatu teknik pengambilan sampel dengan mengambil seluruh jumlah populasi yang ada.
D.      Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini adalah prosedur pengumpulan data penelitian, peneliti menggunakan alat ukur berupa daftar pertanyaan (kuesioner), wawancara, observasi, dan dokumentasi, yang dikembangkan berdasarkan acuan tinjauan teoritis. Hasil kuesioner didapatkan dengan menggunakan skala Guttman yaitu dengan jawaban ”Ya” dan “Tidak”.
Skor untuk pertanyaan “ Positif ” Ya = 1 dan Tidak = 0, Skor untuk pertanyaan “Negatif “ Ya = 0 dan Tidak = 1
E.       Prosedur Pengumpulan Data
1.        Pengumpulan data terdiri dari :
a.         Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh penelitian melalui:
1)   Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti melalui wawancara langsung dengan responden.
2)   Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang ditempuh peneliti dengan membagikan kuesioner (angket) kepada responden dengan cara mengirimkan suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi.     
3)   Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti melalui pengamatan dilokasi penelitian untuk mendapatkan data.
4)   Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan informasi dan hasil penelitian dari responden, dalam bentuk tulisan, dan sebagian besar data yang tersedia adalah bentuk surat, catatan harian, foto, dan laporan hasil penelitian.
b.    Data Sekunder
Data sekunder juga digunakan sebagai data pelengkap untuk data primer  yang berhubungan dengan masalah yang diteliti  seperti jumlah keseluruhan siswa SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa yang berumur 10 tahun.
2.        Tahap pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual (dengan mengisi kuesioner yang disediakan). Adapun langkah langkah pengolahan data yaitu sebagai berikut:
a.         Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa ulang atau mengecek jumlah dan meneliti kelengkapan data yang diperlukan.

b.        Coding
Setelah data masuk, setiap jawaban dikonversi ke dalam angka-angka (pengkodean) sehingga memudahkan dalam pengolahan data selanjutnya.
c.         Data entry
Mengisi kolom–kolom atau kotak lembar kode sesuai dengan jawaban masing–masing.
d.        Tabulating
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data ke dalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga tabel mudah untuk dianalisa.
e.         Cleaning
Yaitu kegiatan pengecekan kembali data-data yang sudah dimasukan ke dalam kotak lembar kode apakah ada kesalahan atau tidak.
F.        Teknik Analisis data
Setelah data tersebut dilakukan editing, koding, dan tabulasi maka selanjutnya  dilakukan analisa dengan beberapa cara:
1.        Analisa Univariat
Dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, dimana analisis ini menghasilkan distribusi, frekuensi dan presentasi dari setiap variabel diteliti, baik variabel independen maupun variabel dependen.

2.        Analisa Bivariat
Dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas secara sendiri dengan variabel terikat digunakan uji statistic Chi-Square. Analisa data  akan diolah dengan menggunakan SPSS. Uji satistik digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.
G.      Etika Penelitian
1.        Informed Consent  (Persetujuan)
Lembar persetujuan diberikan kepada calon responden yang bersedia untuk diteliti. Bila subjek menolak, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak subjek tersebut.
2.        Anonymity  (Tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.
3.        Contidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.





























DAFTAR PUSTAKA
Achmad Harun. (2010). Karies dan Perawatan Pulpa Pada anak Secara Komprehensif. Makassar: Bimer.
Alim Sabri & Fatimah. (2014). Pola Makan dan Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan Timbulnya Karies Gigi Pada Anak. Journal of Pediatric Nursing,1(3), 131-136.
Erwana Ferry Agam. (2013). Seputar Kesehatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Hidayat Alimul Aziz.A. (2012). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
Hongini Yundali Siti, & Aditiawarman,S.H., Hum. (2012). Kesehatan Gigi dan Mulut; Buku Lanjutan Dental Terminology. Bandung: Pustaka Reka Cipta.
Irma Z Indah, & Intan Ayu,S. (2013). Penyakit Gigi, Mulut dan THT. Yogyakarta: Nuha Medika.
Isro’in laily, & Andarmoyo Sulistyo. (2012). Personal Hygiene Konsep Proses & Aplikasi Dalam Prakktik Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kartikasari Yuwan Hana, & Nuryanto. (2014). Hubungan Kejadian Karies Gigi Dengan Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar. Journal Of Nutrition Collage, 3(3), 414-421.
Ramadhan Gilang Ardyan. (2010). Serba Serbi Kesehatan Gigi & Mulut. Jakarta: Bukune.
Riskesdas. (2007). Profil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2007. Makassar.
Sariningsih Endang. (2012). Gigi Busuk dan Poket Periodontal Sebagai Fokus Infeksi. Jakarta: Elexmedia Komputindo.
Soegeng Santoso, M.Pd., & Ranti Lies Anne,M.Pd. (2009). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: EGC
Sulistyoningsih Hariyani. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suyanto. (2011). Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika
41
Tamrin Masriadi, Afrida, & Jamaluddin Maryam. (2014). Dampak Konsumsi Makanan Kariogenik dan Kebiasaan Menyikat Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Anak Sekolah. Journal Of Pediatric Nursing, 1(1), 014-018.
Tarigan Rasinta. (2013). Karies Gigi, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Wangidjaja Itjiningsih. (2014). Anatomi Gigi, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Worotitjan Indry, Mintjelungan Christy N, & Gunawan Paulina. (2013). Pengalaman Karies Gigi Serta Pola Makan dan Minum Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Kiawa Kecamatan Kawangkoan Utara. Journal e-Gigi (eG),1(1), 59-68.















Lampiran 1
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth:
Siswa(i) Calon Responden Penelitian
Di-
Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertandatangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Gunung Sari Makassar.
Nama   : Mutmainnah basri
Nim      : 11. 20 28
            Akan mengadakan penelitian dengan judul: “ Faktor Yang Berhubungan Dengan Timbulnya Karies Gigi Pada Anak Umur 10 Tahun  Di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa”. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan siswa(i) sebagai responden penelitian, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika terjadi hal–hal yang merugikan selama penelitian ini maka siswa(i) diperbolehkan mengundurkan diri untuk tidak berpartisipasi dalam penelitian ini. Apabila siswa(i) menyetujui, maka saya mohon kesediannya untuk menandatangani lembaran persetujuan yang telah saya sediakan, atas kesediaan dan  kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
            Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, saya bersedia berpartisipasi sebagai responden penelitian yang berjudul: “ Faktor Yang Berhubungan Dengan Timbulnya Karies Gigi Pada Anak Umur 10 Tahun Di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa”. Yang dilaksanakan oleh Mahasiswa S1 Keperawatan STIKPER Gunung Sari Makassar Tahun 2015.
            Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif atau merugikan pada diri saya dan segala yang saya berikan dijamin kerahasiannya oleh peneliti.
            Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian ini yang telah mendapat jawaban yang memuaskan. Berdasarkan semua penjelasan di atas maka dengan senang hati dan sukarela, saya menyatakan bersedia menjadi responden dan berpartisipasi dalam penelitian ini.

Talakuwe, .........Mei 2015
   Responden

(....................................)

Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TIMBULNYA
 KARIES GIGI PADA ANAK UMUR 10 TAHUN DI SDI
TALAKUWE KECAMATAN BAJENG BARAT
KABUPATEN GOWA

A.       Identitas Responden:
1.      Nama                          :
2.      Kelas                          :
3.      Jenis kelamin               :
4.      Alamat                        :


Talakuwe, ..........Mei  2015

                                                                         Responden      

(..............................................)



B.       Pertanyaan Tentang Pola Makan
Isilah Pertanyaan Pada Tabel Di bawah Ini Dengan Memberi Tanda Ceklis (√) Berdasarkan Jawaban Yang Anda Pilih!
No
Pertanyaan
Ya
Tidak
1.
Apakah Anda suka jajan makanan manis di sekolah dan di rumah?


2.
Apakah Anda mengonsumsi makanan manis diluar jam makan makanan pokok?


3.
Apakah Anda suka makan makanan seperti cokelat, kerupuk, permen, dan biskuit manis?


4.
Apakah Anda suka jajan minuman kemasan seperti teh gelas, jus buah kemasan, dan susu kemasan?


5.
Apakah Anda jarang berkumur–kumur air putih setelah makan dan minum yang manis–manis?


6.
Apakah Anda suka mengunyah makanan dalam waktu yang lama didalam mulut seperti saat mengonsumsi nasi, biskuit, coklat, dan permen?


7.
Apakah Anda biasa berkumur dengan menggunakan teh kemasan, jus buah, dan minuman yang manis tanpa berkumur dengan air mineral?


8.
Apakah Anda mengonsumsi makanan manis seperti permen, biskuit, cokelat, kerupuk selama lebih dari tiga kali sehari?


9.
Apakah Anda mengonsumsi minuman kemasan seperti teh gelas, jus buah, susu kemasan selama lebih dari tiga kali sehari?


10.
Apakah Anda makan makanan seperti nasi, sayur, dan lauk pauk selama kurang dari tiga kali sehari?



C.       Pertanyaan Tentang Kebiasaan Menyikat Gigi
Isilah Pertanyaan Pada Tabel Di bawah Ini Dengan Memberi Tanda Ceklis (√) Berdasarkan Jawaban Yang Anda Pilih!
No
Pertanyaan
Ya
Tidak
1.
Apakah Anda sudah mampu menyikat gigi secara mandiri?


2.
Apakah Anda rajin menyikat gigi setiap hari?


3.
Apakah Anda rajin menyikat gigi setiap hari setelah sarapan pagi dan sebelum tidur?


4.
Apakah Anda menggunakan pasta gigi saat menyikat gigi?


5.
Apakah Anda tidak pernah menggunakan sikat gigi secara bergantian dengan orang lain?


6.
Apakah Anda menyikat gigi selama dua kali atau lebih dalam sehari?


7.
Apakah Anda sudah mengetahui cara menyikat gigi dengan benar?


8.
Apakah Anda menyikat gigi dengan cara naik turun pada gigi depan, memutar pada gigi depan bagian belakang, dan menarik pada bagian gigi dalam?


9.
Apakah Anda biasa menggunakan obat kumur atau dan benang gigi diluar menyikat gigi?


10.
Apakah Anda menggunakan sikat gigi yang kecil, lembut dan halus?



D.      Pertanyaan Tentang Produksi Saliva
Isilah Pertanyaan Pada Tabel Di bawah Ini Dengan Memberi Tanda Ceklis (√) Berdasarkan Jawaban Yang Anda Pilih!
No
Pertanyaan
Ya
Tidak
1.
Apakah Anda tidak pernah mengalami mulut kering ?


2.
Apakah Air liur Anda banyak hingga tenggorokan tidak terasa kering?


3.
Apakah Anda suka minum air hangat jika tenggorokan Anda terasa kering?


4.
Apakah Anda tidak suka menelan air liur saat tidak mengonsumsi makanan dan minum air mineral?


5.
Apakah mulut atau tenggorokan Anda tidak biasanya kering saat tidak mengonsumsi makanan?


6.
Apakah Anda suka makan permen karet seperti permen karet yang terasa pedas dan dingin saat mulut kering?


7.
Apakah Anda tidak minum minuman manis, bersoda, dan air dingin saat mengalami mulut kering?


8.
Apakah Anda tidak pernah masuk rumah sakit dengan radang tenggorokan atau sakit pada leher?


9.
Apakah anda tidak pernah mengisap bibir Anda ?


10.
Apakah Anda tidak pernah membiarkan mulut atau tenggorokan kering?




http//:karies gigi anak umur 10tahun